Maghrib
dihari rabu,17 Juni 2015 Hilal Ramadhan terlihat… Pertanda bahwa bulan suci
yang selalu dinantikan oleh setiap Muslim telah tiba… Memupuk amal, mempertebal
iman, melatih diri… Muslim mana yang tidak bersuka ria menyambutnya? Bulan yang
teramat dirindukan, bukan hanya sebatas momentum saja, melainkan karena
keistimewaannya… Sebab ia yang benar merindukan Ramadhan, ialah ia yang
merindukan kemuliaan bulan itu…
Ramadhanku
kali ini menyajikan kisah yang berbeda… Mengukir sejarah yang tidak akan
terlupakan dalam hidupku… Menurut orang lain ini biasa saja, tapi tidak
untukku… Ramadhan 1436 H, hari kedua tepatnya Jum’at 02 Ramadhan 1436 H (19
Juni 2015 M) tercatat sebagai hari dimana perjuangan penyusunan skripsiku resmi
bisa dimulai, hari ini adalah hari dimana proposal penelitian (skripsi)ku
diseminarkan, dan Alhamdulillah diterima dan bisa dilanjutkan dengan beberapa
tambahan pembahasan dari para dosen pembimbingku, Bapak Dr. H. Nassaruddin
Yusuf, M.Ag. dan Bapak Drs. Frangky Soleman M.HI. (terima kasih Bapak-bapak
atas kesediaannya untuk membimbingku).
Ini baru
kisah pertama yang dihadiahkan Allah dibulan suci nan mulia ini…
Ahad, 19
Ramadhan 1436 H (05 Juli 2015 M) tercatat sebagai tanggal dimana Konferensi
Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Utara yang ke – IX resmi
dilaksanakan, hari ini terlihat senyum semangat dalam ukhuwah antara semua
kader yang hadir, LPJ yang kami paparkan meski penuh kekurangan dan menuai
banyak kritik tapi bisa diterima oleh Pimpinan-Pimpinan Daerah yang hadir. Hari
ini bukan hanya sebagai hari sejarah pelaksanaan KONPIDA saja, tapi hari ini
dua buku yang ku impikan akhirnya bisa ku miliki (Terima kasih Bapak Nurhadi
Antoro *Ayah Nuha* yang telah mengirimkan bukunya dan Kak Fauzan A. Sandiah *PP
IPM* yang telah membawa bukunya dari Jogja ke Manado).
Bukan
hanya sejarah bahagia yang ditorehkan dihari Ahad, 19 Ramadhan 1436 H, tapi
kekecewaanpun terukir hari ini… Kecewa pada adik yang begitu ku banggakan,
Fatma Akase yang tidak hadir di KONPIDA, itu bagai mengiris tipis hatiku sebab
alasan ketidakhadirannya tidak bisa diterima oleh nuraniku yang lama
mengenalnya… Arrgghhhh… Fatma kau melukai hatiku, dek. Namun luka itu cukup
terobati oleh semangat adik yang penuh keceriaaan dan optimis pada usaha yang
disandarkan kepada Allah, Astin Sitti Husain. Seorang adik yang sebenarnya sudah
lama ku kenal, namun baru tiga tahun belakangan benar-benar dekat denganku,
bahkan menjadi seorang yang begitu peduli denganku layaknya saudara… Lalu
keanehan Suryani Pomanto, seorang adik yang termotivasi dengan hadiah
keberanian yang diberikan oleh IPM tercinta untuknya, seorang adik yang masih
dalam proses mengenali dirinya dan tampak semakin semangat belajar sejak
tercatatat sebagai Mahasiswi…*semoga tidak hanya diawal saja bersemangat* dan
yah tentu karena kehadiran seorang adik yang ku kenal begitu cerewet, Rahmawati
Potale. Ini yang sering ngilang karena rumahnya yang jauh dari peradaban *eh,
perkotaan maksudnya (Maaf Amha :D) Serta kehadiran seorang yang tak mungkin ku
lupakan, adik yang selalu mereka sapa Pangeran, Wahyu Darmawan Harissa. Yang
ini pelukis lho… lukisannya keren-keren… Pokoknya Ahad kali ini perasaanku
bercampur aduk…
Jika 19
Ramadhan perasaanku bercampur aduk, keesokan harinya perasaan konyol dan
persahabatan yang terasa, hal ini bermula dari syarat yang ku ajukan kepada
setiap yang mengajakku buka puasa bersama… Syaratnya biasa saja dan sangat
wajar, yaitu tempat buka puasanya harus dekat tempat shalat (ntah itu Masjid
ataupun Musholah) asal tidak desak-desakkan, tidak ngantri untuk shalat dan ada
tempat yang kondusif untuk wudhu akhwat. Selasa, 20 Ramadhan 1436 H, agenda
buka puasa bersama sahabat-sahabatku (Jasni, Fazria dan Rana). Syarat yang ku
ajukan diterima, dan apa yang terjadi? Kami buka puasa bersama di Masjid dekat
Gramedia *Kayak Musafir gitu ceritanya :D*. Itu benar-benar diluar dugaanku,
syarat yang ku ajukan membawa kami pada kisah ini, buka puasa bersama di Masjid,
tidak ada yang salah sih hanya saja tatapan orang-orang di Masjid tersebut
membuat kami merasa berbeda. Ini pertama kalinya buka puasa bersama di Masjid
seperti ini, terkesan kayak Musafir yang menyengajah buka puasa di Masjid. Yang
membuatku merasa konyol bukan harus berbuka puasa di Masjidnya, tapi inisiatif
sahabat-sahabatku itu lho, karena syaratnya didekat tempat shalat maka mereka
memilih Masjid, itu bukan didekat lagi tapi sudah ditempat shalat…:D yaa… tapi
hari indah itu bisa dinikmati dengan penuh nilai persahabatan.
Hadiah
berikutnya dari Allah dibulan Ramadhan 1436H, terjadi dipekan terakhir bulan
Ramadhan 1436 H, senin terakhir tepatnya. Hmmm… tanggal 26 Ramadhan 1436 H (13
Juli 2015) ini yang paling sulit untuk ku lupakan, hari dimana menjadi saksi
betapa tegang dan gugup bisa menghilangkan hafalan *Astagfirullah*, hari ini
jadwal Ujian Komprehensif. Sudah ku siapkan diriku dengan sebaik mungkin dan
tlah ku serahkan segala kemungkinan pada Allah Swt. Insya Allah aku sudah siap
dan memantapkan hati saat usai subuh dihari tersebut. Tapi apa yang terjadi?
Karena suasana, betapa tegang dan gugupnya diriku saat sudah duduk berhadapan
dengan dosen penguji MKDU (Bapak Drs. H. Muhammad Kasim, M.HI), pertanyaan
pertama dimulai dan ku coba membunuh perasaan yang ku yakin kan melemahkanku
ini… bisa terjawab dengan suasana hati yang semakin sulit ku kendalikan karena
sejak awal Ujian Komprehensif adalah ujian yang paling ku takuti karena aku
tidak yakin dengan diriku… Pertanyaan demi pertanyaan dilayangkan padaku, semua
seputaran ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah ku persiapkan hafalannya, bahkan ada
yang memang sudah sering ku bacakan dalam kegiatan IPM, tapi apa yang terjadi?
Sebagian besar hafalanku lenyap begitu saja. Bahkan 7 ayat permulaan Al-Baqarah
yang tidak asing lenyap begitu saja dari ingatanku, Astagfirullah… tapi Alhamdulillah meski demikian, ujian
pertama bisa dilewati dan bisa dijawab meski sebelum menjawabnya harus susah
payah ku tenangkan diriku baru bisa menjawab setiap pertanyaan dari dosen
penguji. Ujian selanjutnya, harusnya MKDK tapi karena dosennya masih ada urusan
diluar akhirnya MKK dulu yang ku ikuti, kali ini otakku seolah encer sekali,
karena yang menguji adalah dosen perempuan yang cukup bersahabat dengan para
mahasiswa (Kajur AS, Ibu Djamila Usup, S.Ag., M.HI). Yang satu ini pikiranku relax,
jadi Alhamdulillah lancar tanpa kendala… Yang ketiga, ini yang harus ku tunggu
sampai dosennya datang, salah satu dosen yang memang sejak semester awal selalu
membuatku dagdigdug kalau ketemu apalagi harus kuliah dan ujian di MK Beliau,
dan kali ini jadi dosen penguji MKDK… Huuufffttt….. ini sungguh mengujiku bukan
hanya ujian pengetahuan MKDK saja, tapi ujian seberapa kuat aku duduk didepan
Beliau, sanggupkah aku mengucap kata dihadapan Beliau? Bapak Baso Mufti Alwi
M.Ag. dosen yang satu ini ku segani dan selalu membuatku dagdigdug karena
metode mengajar dan pola pikirnya yang ku kagumi. Banyak juga mahasiswa yang
sepertiku di kampus, hanya saja mungkin bedanya sampai detik ini meski rasa
segan, gugup dan tegang selalu ada, namun aku ingin sekali belajar dari Beliau
dan beberapa dosen seperti Beliau di kampus. Jreng… dan benar Beliau mengujiku dengan soal problem solving,
ku jawab saja semampunya. Dan Alhamdulillah tidak ada yang mengulang... Alhamdulillah, terima kasih atas nikmat
terindah dari Allah…
Itulah
warna Ramadhan yang ku rasakan, Ramadhan membawa berkah keindahan, hadiah dari
Allah, terukir sejarah yang insya Allah kan terkenang dan tak akan terlupakan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar