Tampilkan postingan dengan label Coretan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Coretan. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Juni 2014

Jilbab

==> Hakekat Jilbab <==
Ketika kita bicara soal jilbab, pasti yang ada dalam benak kita adalah sehelai kain yang dikenakan untuk menutupi kepala seorang perempuan. Bahkan hampir seluruh diantara kita berpendapat bahwa jilbab itu identik dengan perempuan solehah. adapun pengertian jilbab itu adalah sebagai berikut : 
Secara bahasa,arti jilbab yaitu sebagaimana yang tertulis dalam kitab al-Mu’jam al-Wasîth:


“Pakaian yang menutupi seluruh tubuh, ia mencakup khimâr (penutup kepala), juga mencakup pakaian yang dipakai di atas pakaian yang lainnya, seperti rangkepan (pakaian yang menutup pakaian pertama) yang biasa dipakai oleh perempuan”


Sedangkan jilbab menurut istilah, para ulama berbeda pendapat. Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bâri memaparkan tujuh pendapat seputar makna jilbab. Di antaranya adalah kerudung (al-khimâr atau al-muqni’ah), sarung (al-izâr), baju luar atau mantel (ar-ridâ`), baju yang menutup baju yang lain (al-mulhifah), baju kurung (al-qomîsh), dan baju yang lebih lebar dari kerudung (tsaubun akbaru minal khimâr).  
Demikian juga dengan Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya, ketika menjelaskan ayat  di atas, ia juga menjelaskan beberapa pengertian dari Jilbab sebagaimana disampaikan Ibnu Hajar. Namun, Imam al-Qurthubi kemudian merajihkan (menguatkan) pendapat yang mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian yang menutup seluruh badan. 
Imam al-Qurthubi dalam hal ini berkata: 
            “Pendapat yang tepat, jilbab adalah pakaian yang menutup seluruh badan”
Dari sini terlihat bahwa para ulama berbeda pendapat tentang memaknai jilbab itu sendiri. Jadi, jika ada yang memahami bahwa jilbab adalah penutup kepala sampai ke dada, maka boleh-boleh saja, karena sebagian ulama mengartikannya dengan pakaian atau penutup yang lebih lebar dari kerudung. Hanya saja kebanyakan para ulama memahami jilbab adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Imam al-Qurthubi di atas, karena di samping sesuai dengan banyak hadits, juga cocok dengan pengertian jilbab secara bahasa.
          Adapun di Indonesia sendiri dipahami sebagai mana yang saya ungkapkan terlebih dahulu diatas. Akan tetapi sangat miris ketika kita meminta seorang perempuan untuk berjilbab, atau menutup aurat maka mereka akan menjawab dengan jawaban yang sebenarnya sama sekali tidak masuk akal bahkan sampai detik ini saya pribadi belum menemukan dalil/hukum yang membenarkan jawaban mereka tersebut. Jawaban mereka ketika dipinta untuk mengenakan jilbab  tersebut adalah "Maaf, rasanya saya belum pantas untuk berjilbab, sebab hati saya belum berjilbab." Jawaban yang benar-benar menggelitik bagi mereka yang telah paham dengan pengertian jilbab, baik secara bahasa maupun istilah. Lantas jika bersandar pada jawaban mereka tersebut, apakah ada kain yang harus kita gunakan untuk menutupi hati yang terbuat dari segumpal darah tersebut? sebenarnya tidak masuk akal jika kita berpikir sebagai mana yang saya katakan tentang "kain yang menutup hati" sebab bisa dipahami bahwa yang mereka maksud adalah "menata" hati dulu sebelum menutup aurat. Namun meski demikian, ungkapan tersebut lagi-lagi dapat dibantah, sebab mari kita melirik perintah Allah tentang menutup aurat itu sendiri :
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (Q.S. An-Nur : 31)
"Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Azhab : 59)
                 Jelas bukan bahwa Allah telah memerintahkan kita untuk menutup aurat kita. Tiada alasan bagi kita untuk tidak melaksanakan Perintah Allah, apalagi jika alasannya adalah alasan yang kita buat sendiri. Dan jika bicara soal hati yang menurut kita harus "dipakaikan jilbab", maka itu dengan sendirinya akan terlaksana ketika kita sudah berjilbab fisik (menutup aurat), perlahan mungkin kita menjaga kesucian hati kita mulai dari hal kecil karena menghargai kain jilbab yang kita kenakan untuk menutup aurat kita, tapi perlahan kita akan mulai tersadar bahwa memang sudah seharusnya hati, pikiran, ucapan dan perilaku kita terjaga dari hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan.
                Bahkan bisa dikatakan bahwa jilbab (menutup aurat) dapat perlahan membuat kita tertuntun untuk semakin dekat dengan Allah, semakin mencintai Allah dan semakin taat pada perintahNya. Jadi apa lagi alasan kita untuk tidak mengenakan jilbab? Gunjingan orang? Bukankah kita hidup bukan untuk memikirkan gunjingan orang? bukankah kita hidup adalah untuk meraih ridho Allah? Lantas tunggu apa lagi? mari kita memulai untuk menaati perintahNya, menutup aurat itu perintah Allah dan hukumnya jelas WAJIB!
                ==> Bentuk Jilbab <==
              Bicara soal bentuk atau model jilbab, kita tidak hidup dijamannya Rasulullah sang pembawa syari'at maka kebanyakan diantara kita bingung dengan model jilbab yang sebenarnya dituntun itu seperti apa. Namun satu yang pasti, bahwa jilbab itu fungsi utamanya adalah menutup aurat, menjaga kehormatan perempuan, maka jelaslah bahwa jilbab bukan untuk tabarruj (pamer), yaah... Jilbab bukan untuk gaya-gayaan, apalagi jika sudah tidak ada bedanya dengan yang tidak berjilbab dimana pakaiannya sudah span dan menonjolkan bentuk lekuk tubuh, tipis dan transparan yang jelas menggambarkan warna kulit dan seolah mata yang tak berhakpun menjadi mudah untuk melihat dan menikmatinya.
              Zaman sekarang, semakin banyak model jilbab yang disuguhkan untuk perempuan berjilbab, tapi sudahkan kita cerdas memilih model yang sesuai syari'at? jilbab syar'i tidak sebatas memakai tutup kepala saha, tapi syar'i yang dimaksud adalah sesuai dengan Q.S. Al-Azhab ayat 59, yaitu dijulurkan hingga menutupi dada. Pokok terpenting dari jilbab atau menutup aurat adalah menutup seluruh bagian dari aurat itu, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menonjolkan bentuk tubuh dan tidak menggambarkan warna kulit.
                Mungkin ini yang bisa saya bagikan, sesuai dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki. saya yang masih belajar dan terus belajar. mohon kritikan para pembaca untuk seluruh kekeliruan yang ada dalam tulisan ini.
               Wallahu a'lam bishawab...


Kamis, 28 Maret 2013

Tarian sang mentari

Pagi tlah menyapa
fajarpun meenyingsing diufuk timur
seolah memberi isyarat pada sang bumi untuk memulai nyanyiannya
membawa aku ke lamunan terindah tentang hidupku
burung-burungpun berkicau menyadarkanku dari lamunan bersama sang pagi
akupun beranjak dari tempatku berdiri, berlari menuju taman nan indah
menyambut tarian sang mentari pagi ini

Aku berlari dan terus berlari
tak ingin ku lewatkan sedetikpun bahagianya pagi ini
sang mentari terus menari
menari menuju puncak hari ini

Perlahan tarian sang mentari menghapus titik-titik mungil embun
kicau burung dan hembusan anginpun seperti alunan musik nan riang

Embun semakin mengering,
Burung terus menyanyi,
Angin terus berhembus,
menghantar tarian sang mentari

Rabu, 27 Maret 2013

Aku dan Cahaya

Aku duduk di tengah kesuraman, sewaktu-waktu aku bisa menari sesuka hatiku, sewaktu-waktu aku termangu seolah kenistaan dalam kesuraman menjadi kawanku.
Dan tiba-tiba aku melihat sebuah cahaya di depanku, cahaya yang ternyata di dalamnya terlihat banyak orang yang tenang menjalani hidup yang teratur di dalamnya, yang tampak jauh dari kesuraman apalagi kenistaan yang sering aku temui.
Aku kagum dengan cahaya yang tampak itu, akupun beranjak dari tempat duduk yang suram ini, perlahan mendekati cahaya itu.
Tanpa sedikitpun keraguan aku masuk ke dalam sumber cahaya itu, aku berdiri disana, menari dengan keceriaan bersama mereka, aku di ajari banyak hal di dalam cahaya itu, hingga kemudian datang sebuah keistimewaan mendekatiku, yang sebenarnya ingin ku tolak, tapi kata mereka yang telah lebih dulu menghuni tempat itu aku harus menerima hal itu karena itu adalah amanah yang telah datang padaku, dengan mengumpulkan segala keberanianku dan yakin akan Sang Pelindung, aku akhirnya memberanikan diri menempati tahta itu.
aku menemui banyak ujian ketika tahta itu ku pegang, aku di cerca, di maki hingga aku di anggap tidak lebih dari sampah bahkan seekor hewan dimata mereka yang entah tidak suka denganku atau tidak suka dengan orang-orang sebelum aku, orang-orang yang telah memiliki tahta di satu kotak tempat dimana aku berdiri dan menari. ya kami yang bernaung di keindahan cahaya ini, punya tempat masing-masing berupa kotak-kotak yang memiliki tahta yang sama di masing-masing kotak. dan kotak-kotak itu kemudian bernaung pada kotak besar di atas kami. aku menerima cercaan dan makian itu ketika aku bertahta di kotak besar itu, aku tidak tahu apa salahku. akupun tidak pernah meminta untuk di beri tahta di kotak besar ini, karena aku sadar aku hanya bagaikan sebutir debu yang teramat kecil di antara batu-batu besar.
Aku berusaha untuk tidak terpancing, aku tetap menjadi diriku berusaha bangkit dan menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabku, hingga cercaan dan makian itu letih menghujamku.
Semua mulai nyaman untukku, hingga akhirnya datang badai yang lebih besar menghujamku, aku coba untuk bertahan hingga tiba-tiba aku jatuh, aku jatuh karena fisikku yang melemah...
Aku butuh cukup banyak waktu untuk kembali, dan meski aku masih kondisi fisik yang lemah aku kembali berdiri, menari dengan perlahan, tapi tarian itu tidak lagi seindah dan selincah dulu. Kini tarian itu melemah, tidak ada gerakan indah seperti dulu, aku lemah. berdiri saja kadang aku bisa jatuh. Selama aku lemah sampai aku berusaha bangkit, ternyata banyak hal yang terjadi tanpa aku sadari, keadaanku dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Aku tidak bisa marah, aku hanya bisa berusaha untuk tetap tegas dan tidak lemah selemah fisikku. Hingga badaipun terus menghantam dan aku tetap berdiri tegak di atas keyakinan bahwa IA sedang menjagaku,... aku terus menari dan berlari menuju puncak yang ku cari dan perlahan aku beranjak meninggalkan cahaya itu dan mencari ketentraman tanpa kotak-kotak itu,,..

Selasa, 28 Agustus 2012

Surat Untuk Ayah

Ayah,...
Meski tak sekalipun ku tatap wajahmu...
Meski tak sekalipun ku dengar suaramu, nasehatmu dan candamu...
Meski tak sekalipun ku genggam kasihmu, tanganmu dan perhatianmu...
Meski tak sekalipun ku terjamah oleh belai lembut cintamu...
tapi sungguh dihatiku selalu tersimpan rindu untukmu, selalu ada bait do'a untukmu... dan selalu ada namamu dalam daftar kasihku...
Ayah,..
meski tak pernah ku temui sosokmu, tapi ku tahu kau disana begitu hebat melindungi adik-adikku...
Ayah, meski tak akan pernah kau dengar bisikan suara hati yang mengalirkan beribu kerinduan ini, tapi ku yakin dihati kecilmu pasti tersimpan setitik ruang untukku...
Ayah,...
walau ragamu tak pernah ada dihariku, tapi namamu selalu ada dihatiku...
Ayah,...
tak pernah ku tatap wajahmu yang kata mereka begitu mirip denganku, tapi setiap aku rindu denganmu selalu ku tatap wajahku untuk sedikit membunuh rindu yang menghujam, rindu yang kadang membawa bumerang amarah, iri dan kecewa,...
yaa Ayah, kadang dalam diamku, aku dihantui amarah, iri dan kecewa,...
amarah karena tak pernah sekalipun kau datang menemuiku...
iri karena melihat kawanku bersama ayah mereka, kawanku yang bercerita tentang hari libur bersama ayah mereka, kawanku yang memamerkan kisah romantis bercanda dengan ayah mereka dikala waktu istirahat kerja ayah mereka... 
kecewa karena tak bisa mengenalmu, tak pernah kau perhatikan dan lindungi sebagaimana ayah yang selalu memperhatikan dan melindungi anak.
yaa Ayah, aku juga ingin merasakan apa yang mereka rasakan...
aku juga ingin mengenalmu, atau setidaknya menatap wajahmu sekali saja...
Ayah, adakah kau juga merasakan apa yang ku rasakan? rindu yang membuncah,...

Ayah,...
aku memang tak pernah tau ada apa denganmu sehingga kau tak pernah  datang menemuiku, yang ku tau aku disini merindukanmu, mengharapkan cinta dan belaian kasih sayangmu...
Ayah,...
kata mereka, wajahku seperti wajahmu,...
tak pernah ku ragukan perkataan indah tentangmu...
Ayah,...
Dengarlah suara hatiku...
Ayah,...
Aku rindu...

Ayah, ragamu boleh saja jauh dariku, tapi kau selalu dekat dihati dan pikiranku karena dalam tubuhku mengalir darahmu...




                                                                       

                                                                         Peluk Sayang,
                                                                         Anakmu.

Senin, 27 Agustus 2012

“Untuk Bunda”



Dalam dekap kasihku,…
Terukir harap tuk kau jamah hati ini…
Dalam relung rinduku,…
Terukir mimpi bersamamu tuk lalui hari,…

            Bunda, Lihatlah aku…
Bunda, Aku rindu hadirmu…
            Bunda, Aku butuh cintamu…
            Bunda, Dekaplah anakmu…


Ribuan kata ku rangkai untukmu,…
Jutaan harap ku gantung padamu…
Aku disini dari rahimmu…
Aku hidup dengan darahmu,…


Kemana harus ku cari cintamu…
Dimana kan ku jemput kasihmu,…
Bagaimana agar ku gapai belai lembutmu,…
Kapan bisa ku temui perhatianmu…





#Puisi ini adalah puisi persembahan seorang anak untuk Ibu kandungnya yang kini jauh darinya. yang juga ingin merasakan belaian sang ibu, belaian yang tak pernah dirasakannya sejak bayi.