Rabu, 27 Maret 2013

Aku dan Cahaya

Aku duduk di tengah kesuraman, sewaktu-waktu aku bisa menari sesuka hatiku, sewaktu-waktu aku termangu seolah kenistaan dalam kesuraman menjadi kawanku.
Dan tiba-tiba aku melihat sebuah cahaya di depanku, cahaya yang ternyata di dalamnya terlihat banyak orang yang tenang menjalani hidup yang teratur di dalamnya, yang tampak jauh dari kesuraman apalagi kenistaan yang sering aku temui.
Aku kagum dengan cahaya yang tampak itu, akupun beranjak dari tempat duduk yang suram ini, perlahan mendekati cahaya itu.
Tanpa sedikitpun keraguan aku masuk ke dalam sumber cahaya itu, aku berdiri disana, menari dengan keceriaan bersama mereka, aku di ajari banyak hal di dalam cahaya itu, hingga kemudian datang sebuah keistimewaan mendekatiku, yang sebenarnya ingin ku tolak, tapi kata mereka yang telah lebih dulu menghuni tempat itu aku harus menerima hal itu karena itu adalah amanah yang telah datang padaku, dengan mengumpulkan segala keberanianku dan yakin akan Sang Pelindung, aku akhirnya memberanikan diri menempati tahta itu.
aku menemui banyak ujian ketika tahta itu ku pegang, aku di cerca, di maki hingga aku di anggap tidak lebih dari sampah bahkan seekor hewan dimata mereka yang entah tidak suka denganku atau tidak suka dengan orang-orang sebelum aku, orang-orang yang telah memiliki tahta di satu kotak tempat dimana aku berdiri dan menari. ya kami yang bernaung di keindahan cahaya ini, punya tempat masing-masing berupa kotak-kotak yang memiliki tahta yang sama di masing-masing kotak. dan kotak-kotak itu kemudian bernaung pada kotak besar di atas kami. aku menerima cercaan dan makian itu ketika aku bertahta di kotak besar itu, aku tidak tahu apa salahku. akupun tidak pernah meminta untuk di beri tahta di kotak besar ini, karena aku sadar aku hanya bagaikan sebutir debu yang teramat kecil di antara batu-batu besar.
Aku berusaha untuk tidak terpancing, aku tetap menjadi diriku berusaha bangkit dan menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabku, hingga cercaan dan makian itu letih menghujamku.
Semua mulai nyaman untukku, hingga akhirnya datang badai yang lebih besar menghujamku, aku coba untuk bertahan hingga tiba-tiba aku jatuh, aku jatuh karena fisikku yang melemah...
Aku butuh cukup banyak waktu untuk kembali, dan meski aku masih kondisi fisik yang lemah aku kembali berdiri, menari dengan perlahan, tapi tarian itu tidak lagi seindah dan selincah dulu. Kini tarian itu melemah, tidak ada gerakan indah seperti dulu, aku lemah. berdiri saja kadang aku bisa jatuh. Selama aku lemah sampai aku berusaha bangkit, ternyata banyak hal yang terjadi tanpa aku sadari, keadaanku dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Aku tidak bisa marah, aku hanya bisa berusaha untuk tetap tegas dan tidak lemah selemah fisikku. Hingga badaipun terus menghantam dan aku tetap berdiri tegak di atas keyakinan bahwa IA sedang menjagaku,... aku terus menari dan berlari menuju puncak yang ku cari dan perlahan aku beranjak meninggalkan cahaya itu dan mencari ketentraman tanpa kotak-kotak itu,,..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar