Tampilkan postingan dengan label Muhassabah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhassabah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Maret 2018

Fenomena Hijrah di Media Sosial



Belakangan sedang menjadi trend akhwat mendadak berjilbab besar dan tidak sedikit yang bercadar, atau ada pula yang (mungkin sedang) belajar bercadar dimulai dari mengenakan masker kemanapun pergi dan beraktifitas. Tidak ada sedikitpun masalah sebenarnya tentang pilihan setiap orang dalam memilih jalan hijrahnya, hanya saja fenomena ini terlihat seperti sekedar mengikuti trend semata. Jilbab tidak lagi sebagai bagian dari memenuhi kewajiban hijab aurat, jilbab kini malah lebih tampak sebagai media eksistensi diri di sosial media.

Bila kita menjelajahi beberapa situs media sosial, terlebih facebook dan instagram, tidak sulit bagi kita untuk menemukan foto-foto akhwat berjilbab modis maupun jilbab besar bahkan bercadar bertebaran dimanapun, dengan berbagai caption mulai dari tentang jilbab dalam bahasa hijab, hijrah bahkan tidak sedikit tentang penantian terhadap jodoh. Berbagai gaya diri, gaya jilbab dan gaya bahasa dalam caption yang dipost ke berbagai media. (mungkin) niat hati adalah dakwah, memberi contoh bahwa seperti itulah seharusnya seorang muslimah berpakaian. Sadar atau tidak, apa yang dilakukan tersebut malah melemahkan posisi muslimah terkesan sedang mengeksploitasi diri+, wajah dalam balutan jilbab dinikmati oleh entah siapa diluar sana, ribuan mata memandang sesuka hati bahkan pasti tidak sedikit mata yang tidak halal melihatnya malah memutuskan untuk menyimpan bahkan mengoleksi foto-foto wajah cantik berbalut jilbab tersebut. Wajah cantik, dengan sedikit polesan make-up dihias rapi jilbab berbagai model dengan caption manis ala-ala shalihat masa kini, tidak sulit ditemukan dan tidak sedikit pula mengajak ribuan mata dan pikiran yang bukan mahromnya berimajinasi tentang paras cantiknya, tentang indahnya bersanding dengannya yang memiliki caption shalihat –yang entah dicoppy dari sudut google mana–, mengutip berbagai ayat yang kadang oleh mesin pencarian diinternet diacak sehingga berubah redaksi karena posisi huruf bertukar tempat, dengan sendirinya merubah makna  tanpa diperhatikan asal dicoppy lalu dipost dan terlihatlah indah. Ada pula yang sesukanya mengutip hadits, tanpa sekalipun ingin tahu status haditsnya, dengan percaya diri bahkan menyi’arkan hadits dhoif dan mungkin ada pula yang palsu tanpa mencari tahu sebelumnya. Ahhh, zaman now ada saja fenomena lucu tentang kehidupan dalam media.

Sekali lagi, tidak ada sedikitpun masalah tentang pilihan orang dalam hijrahnya menuju kehidupan yang lebih baik, mempersiapkan bekalnnya menuju akhirat, hanya saja perlu juga mempertimbangkan lebih berat timbangan menuju maslahatnya atau malah mudhoratnya. Sudahkah kita memikirkan tentang berapa pasang mata yang menikmati wajah cantik titipan Allah kepada kita? Berapa banyak pikiran yang melambung dalam imajinasinya tentang kita? Atau berapa banyak yang coba menerka wajah dibalik cadar yang diwakili mata indah (kadang bercelak) yang dipertontonkan lewat pose indah foto yang kita tebar dimedia sosial? Tidak ingin melarang siapapun mengekspresikan dirinya, sama sekali tidak ada maksud seperti itu, hanya saja hijrahlah karena Allah, bukan sebatas ingin memperbanyak koleksi foto, saingan followers diakun pribadi kita atau mengundang komentator baper disetiap postingan kita.

Benarlah, kita pasti memposisikan aktifitas dalam media sosial sebagai bagian dari aktifitas bermuamalah yang pada kaidah fiqhnya, hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya) atau tidak boleh dilakukan suatu ibadah kecuali yang disyari’atkan oleh Allah, dan tidak dilarang suatu adat (muamalah) kecuali yang diharamkan oleh Allah. Namun, apa tidak sebaiknya kita melihat lebih jauh tentang berapa banyak kejahatan dalam media sosial yang tidak bisa dibendung meski dalam hati niatan kita adalah baik adanya? Ingatlah, terlebih kita kaum hawa yang apapun aktifitas kita akan mudah mengundang fitnah. Telah baik niat kita, namun Allah tetaplah akan menguji, telah baik niat dalam hati namun adakah jaminan setiap mata dan pikiran yang menujui adalah sebaik niat kita? Memang setiap niat, setiap perbuatan adalah akan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing kita, namun tidak ada salahnya untuk mengurangi potensi untuk menjerumuskan pada hal yang tidak pernah diniatkan.

Tulisan ini tidak ada sedikitpun tujuan nyinyir terhadap shalihat cantik diluar sana yang sedang dalam hijrahnya, tulisan ini semata untuk menjadi benteng diri pribadi penulis saja. Dan tulisan ini bukan hanya untuk akhwat semata, ikhwanpun baiknya sama-sama bercermin. Kepada semua kita, mari memperbaiki jalan hijrah, mengurangi postingan yang mengundang syahwat atau nyinyiran kecil tentang indahnya hijrah dalam keteduhan. Semoga kita sekalian dihindarkan dari hijrah litrend ala media sosial dan bisa istiqomah dalam Hijrah Lillah.


Mohon maaf bila ada kata yang menggores hati, bila ada kalimat yang kurang sopan dan menyakiti. Salam pembelajar.

Wallahu a’lam bishawab.

Sabtu, 25 Agustus 2012

“Muhassabah Diri”

Duhai Diriku!!!


Pagi kau sambut dengan wajah ceria, keceriaan yang entah adalah bentuk syukur ataukah bentuk kecongkakkan, hari kau isi dengan kesibukkan dunia, “Tiang Agama” yang mungkin masih kau biarkan tidak tegak. Kau sibuk dengan urusan ‘Fana’, malam kau terlelap karena letih dengan aktivitasmu disiang hari,…
Duhai Diriku!!!
Tidakkah kau ingat, pagi harusnya kau sambut dengan sujud sebagai syukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya dengan penuh kesempurnaan-Nya…
Tidakkah kau sadar, hari harusnya kau isi dengan menegakkan “Tiang Agama”, agar kelak kau tidak rapuh seiring dengan kelalaianmu yang merobohkan “Tiang Agama”, harusnya kau lihat pula seberapa banyak bentuk cintamu pada saudaramu yang telah dengan penuh cinta merajut harinya, yang mungkin saja butuh uluran tanganmu, yang mungkin inginkan keringanan langkahmu menuju kebersamaan nun penuh kasih, yang mungkin hari ini belum merasakan nikmat sesuap pengganjal perut, seteguk pelegah dahaga,…
Duhai Diri!!!
Kenapa kau biarkan nafsu menguasai dirimu???
Kenapa kau biarkan nafsu mengoyak tabir kehormatan hatimu???
Duhai Diri!!!
Usaikanlah rasa acuh tak acuhmu atas mereka yang ada disekililingmu, usaikanlah kesibukkan yang membuatmu lupa dengan janjimu pada-Nya ketika ditiupkan Roh atas Jasadmu…
Duhai Diri!!!
Malam kaupun letih, kau terlelap dalam tidurmu, kau lupa betapa malam ini indah, malam ini DIA sedang menunggumu, menunggumu bermunajat kepada-Nya…
Duhai Diri!!!
Kenapa kau seperti tidak ingat lagi dengan tugasmu di tempat persinggahan yang fana ini???
Kau seperti mabuk akan nikmat yang belum tentu dapat menyelamatkanmu menuju cinta-Nya,…
Kau seperti terlena dengan lembah yang menjauhkanmu untuk menatap wajah-Nya,…
Duhai Diri!!!
Akhirilah kesibukanmu mengejar dunia fana ini, rajutlah kembali bekalmu menuju dunia baqa dan siapkan dirimu mengejar cinta-Nya dan raihlah ridha-Nya,…
Duhai Diri!!!
Mulailah tepati janji yang kau ikrarkan ketika ditiupkan roh atas jasadmu!!!
Duhai Diri!!!
Ingatlah DIA disetiap hela napasmu,
Bermunajatlah hanya kepada-Nya,…
Kejarlah cinta-Nya,…
Teguhkan hati dan niatmu hanya untuk menggapai Ridho-Nya!!!