Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Sulawesi Utara
Untuk melihat sejarah perkembangan Muhammadiyah di
Keresidenan Manado atau Sulawesi Utara, dibatasi sampai tgahun 1942 dengan
alasan:
a. Tahun 1942 masuknya Jepang sebagai Bangsa Penjajah yang baru,
dengan sikap diktatornya melarang semua perkumpulan dan Organisasi Sosial dan
Politik yang berkembang di Indonesia.
b. Data perkembangan organisasi Muhammadiyah sampai tahun 1942
dapat dibanggakan dan cukup potensial dan sangat berpengaruh didalam kehidupan
social, ekonomi dan pendidikan dalam masyarakat umat islam khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
c. Perkembangan organisasi Muhammadiyah sampai tahun 1942 adalah
dasar perjuangan yang sangat menentukank dan berpengaruh pada perkembangan
Muhammadiyah sesudah kemerdekaan dan sampai sekarang.
Perkembangan
Muhammadiyah sebagai organisasi social Islam di Sulawesi bagian utara, dapat
difokuskan pada beberapa tempat yang telah menerima Muhammadiyah sejak tahun
1928-1929 dan 1930-an yaitu: Sangir Talaud, Manado, Minahasa, Bolaang Mongondow
dan Gorontalo.
A. Perkembangan di Sangir Talaud
1. Masuknya
Muhammadiyah dikenal di Sangir Talaud sejak tahun 1927 yang
banyakk membaca harian dari Jawa itu antara lain, Bambarang Makaminang,
Muhammad Musir, dan Abdullah Nikiwulu. Berdasarkan pemahaman mereka tentang
organisasi Muhammadiyah melalui bacaan-bacaan itu, mereka minta langsung kepada
Hoofdbestuur Muhammadiyah di Yogyakarta agar mendirikan Muhammadiyah di Sangir
Talaud. Makin lebih jelas dan berkembkang Muhammadiyah di Sangir Talaud
setelahj datangnya Hoofdbestuur Muhammadiyah.
2. Penginisiatifan berdiri Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah masuk ke Sangir Talaud, di
perkampungan orang islam yaitu Petta, tabukan, sekarang kecamatan Tabukan
Utara. Penginisiatif berdirinya adalah ;
-
Bambarang Makaminang
-
Jusup Ajulang
-
Made
-
Mohammad Musir
-
Abdullah Nikiwulu
-
Udung
3. Peresmiannya
Dengan
adanya inisiatif itu yang beritanya disampaikan ke Yogyakarta, maka di utuslah
wakil Hoofdbestuur yaitu Junus Anis yang meresmikan berdirinya groep
Muhammadiyah di Petta pada tahun 1928. Yang menjadi pengurus groepp yang
dilantik berasal dari para penginisiatif, antara lain yang menjadi ketua :
Bambarang Makaminang dan Bendaharanya : Abdullah Nikiwulu.
4. Usaha-usahannya
Dalam
rangka perkembangan organisasi, betapa pentingnya peranan Mohammad Judi sebagai
guru Muhammadiyah yang didatangkan dari Yogyakarta.
Kegiatan
yang pertama-tama adalah tabligh dan para mubalighnya adalah Mohammad Judi,
Kaidah Lambanaung, dan Al-Idrus. Desa-desa yang dijangkau oleh kegiatan Tabligh
Muhammadiyah adalah Petta, Naha, Maronge, Ataurano, dan Talendano Biru di
kewedanaan Tabukan.
Lembaga
pendidikan formal yang pertama didirikan adalah standard school Muhammadiyah tahun
1934 yang terdiri kelas 1-kelas 5. Guru-gurunya adalah Mohammad Judi, Kaidah
Lambanaung, Mohammad Muris dan Ibrahim Stirman. Dengan berdirinya sekolah Islam
itu, maka anak-anak Islam yang bersekolah di Zedin Kristen pendah ke sekolah
Yang di Bina Oleh Muhammadiyah.
Pada tahun
1934 berdiri pula organisasi otonom yaitu :
1. Groep ‘Aisyiyah Petta : Ketuanya Ema Makpal dan Sekretaris
Bunia Paparang;
2. Groep Pemuda Muhammadiyah diketuai oleh Ibrahim Stirman;
3. Hizbulwathan diketuai oleh Kaidah Lambanaung.
Pada tahun
1934 berdirilah Muhammadiyah dicabang Petta Sangir Talaud dengan Groepnya;
Tabukan, Siau, Tagulandang (Ibrahim : 1981:27-34).
Konferensi
pertama cabang diadakan di Petta pada tahun 1936. Hadir Tom OliI selaku konsul
Muhammadiyah keresidenan Manado. Pada tahun 1938 diadakan konferensi kedua di
Petta. Konferensi ketiga tahun 1941, yang hadir dari konsulat adalah Tom OliI,
Mohammad Dunggio ( Aba SuE ) dan Haji Sarain Pasisingi.
Untuk
meningkatkan mutu kehidupan ajaran Islam, maka pimpinan cabang pada tahun 1938
mengirim 9 orang anggota ke Yogyakarta untuk didik menjadi kader-kader
Muhammadiyah, yaitu :
-
Kaidah Lambanaung
-
Abdul Aziz Nikiwulu
-
Abdullah Ibrahim
-
Abdul Rasyid Salamuddin
-
Bunia Paparang
-
Adnan Tampilang
-
Sitti Hawa
-
Abdul Gapur Magpal
-
Saleh
Didalam
Yubilium Konferensi tahun 1940 di
Gorontalo, cabang Muhammadiya Petta mengirim 2 orang utusan Muhammadiyah dan
‘Aisyiyah masing-masing Mohammad Judi dan Ema Magpal.
B. Perekembangan di Gorontalo
1. Masuknya
Pada Tahun 1929 seorang putra daerah, Jusup Otoluwa kembali
ke Gorontalo, setelah selesai mengikuti pendidikan guru kweek school Gunung
sari di Yogyakarta. Beliau telah berada dan tinggal selama beberapa tahun
dipusat kelahiran dan perkembangan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta.
Berdasarkan pengalaman itu, Jusup Otoluwa berusaha memperkenalkan Muhammadiyah
kepada para aktivis Islam pada saat itu, dan ternyata mendapat sambutan yang
baik. Alhamdulillah sebelum datangnya Jusup Otoluwa ke Gorontalo telah ada
suatu Organisasi yang bersifat local bernama Tablighul Islam itu adalah
menggali dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman Islam sesuai sunnah Rasulullah. Maka
terjadilah pertemuan pandangan antara Jusuf Otolluwa dan Haji Mohammad Said.
Hal ini menunjukkan bahwa organisasi Muhammadiyah dapat memasuki daerah
Gorontalo.
2. Penginisiatif berdirinya Muhammadiyah
Dengan adanya kerjasama saling memahami diantara para aktivis
Islam, maka pada pertengahan tahun 1929 terbentuklah komite pendiri
Muhammadiyah di Gorontalo yang terdiri dari 11 orang:
-
Jusuf Otoluwa
-
Ahmad Buji
-
Husein Akase
-
Umar Basalama
-
Mohammad Dunggio
-
Muhsin Mohammad
-
Haji Mohammad Said
-
Tom OliI
-
Utina H. Buliati
-
Abdullah Van Grey
-
Bouwe Nasaru
(Muhammadiyah Sulawesi Utara, 1962 : 1).
Melalui rapat bersama antara komite pendiri dengan pengurus
tablighul Islam disertai dengan para simpatisan yang turut diundang,
terbentuklah pengurus cabang Muhammadiyah Gorontalo yang kemudian dikenal
dengan sebutan Bestuur Cabang Muhammadiyah Gorontalo.
3. Peresmian
Kedudukan cabang Muhammadiyah di Gorontalo beserta Bestuur
Cabangnya, diresmikan dan dilantik pada tanggal 08 September 1929 Miladiyah
atau tanggal 06 Rabiul Awal 1348 Hijriah, oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah dari
Yogyakarta. Peresmian diadakan digedung Fortuna Bioskop, sekarang Bioskop Murni
Gorontalo. Peresmiannya dihadiri oleh:
-
Hoofdbestuur Muhammadiyah
dari Yogyakarta, Mohammad Yunus Anis, selaku sekretaris Hoofdbestuur, mewakili
meresmikan dan melantik kedudukan cabang beserta bestuur cabang diGorontalo.
Adapun yang dilantik sebagai besrtuur cabang adalah:
Ketua :
Tom OliI
Wakil Ketua :
Yusuf Otoluwa
Sekretaris :
Mohammad Dunggio
Bendahara :
Muhsin Mohammad
Komisaris :
1. Haji Yusuf Abas
2. Umar Basalama
3. Husain Akase
4. Mursyid Mohi
5. Y. Kamaru
6. Marl Baladra
-
Dari kepala Polisi
Gorontalo, Van Dam ;
-
Wakil pemerintah sipil
Gorontalo, Abudi Ilahude;
-
Dan para Undangan Lainnya.
Pada tanggal 9 desember 1929 miladiyah atau tanggal 19 Rajab
1348 Hijriah,adalah penggalan bisluit Hoofdbestuur Muhammadiyah Yogjakarta,No.
248 tahun 1929 yang menetapkan secara resmi berdirinya Muhammadiyah cabang Gorontalo.Untuk memperluas medan
geraknya,Muhammadiyah cabang pada tahun 1930 mendirikan bahagian aisiyah cabang
goronntalo dengan pengurusnya sebagai berikut :
Ketua : Marie
Lamadilaw
Wakil ketua: Marie Dambea
Sekertaris :Marie
Suleman
Bendahara : Zubaedah Dungga
Comisaris : 1. Zenab
Sabu
1. Hadijah Husa
2. Saripah Baga
3. Hawa OliI
4. Ida Dunda
Tahun 1931 terrbentuklah pengurs Hisbutwalhan
Cabang Gorontalo yang di ketahui oleh Ibrahim Mohammad.
4.Usaha dan Kegiatanya.
Setelah di resmikan berdirinya Muhammadiyah cabang
Goerontalo,maka usaha dan kegiatan parra Besrur cabang adalah mamperkenalkan
kepada masyarakat enteng maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagai organisasi
Islam .Hal ini dimaksudkan untuk perluasan dan pengembangan organisasi Muhammadiyah di tengah-tengah masarakat Islam
Gorontalo.
Selanjutnya
organisasi Muhammadiah berusaha menumbuhkan dan membri pemahaman yang benar
tentang islam,agar masyarakat Islam Gorontalo memiliki kemampuan dan kiklasan
berjuang dan beramal saleh.
Dalam
memperkenalkan Muhammadiah khususnya
dalam masyarakat Islam
Gorontalo,dipenuhi cara propaganda dan melalui tulisan dan itulah yang palink
mudah,ringan dan besar hasilnya.Adapun
propaganda yang di maksud adalah kegiatan melallui Tabligh kepada
kelompok-kelompok jamaah Islam.Sedang melalui tulisan Bestuur cabang mendirikan
usaha surat kabr migguan yang di beri nama
Al-Iman dengan Hoofdredac tur Tom
OliI (Ibrahim,1981 : 17).
Agar mantap gerakan Muhammadiyah cabang itu,di
tengah-tengah masyarakat ,maka keiatanya selalu terprogram serrta perencanaan
yang matang,maka jalan satu-satunya itu sesuai
Angaran dasar Muhammadiyah adalah Konprensi.
Maka kegiatan konprensi menjadi jantungnya
pengembangan napas organisasi baik oleh cabang
gorontalo .kegiatan-kegiatan konprensi itu dapat di temukan secara berurut
sebagai berikut :
-Konprensi pertama Muhammadiyah c abang Gorontalo
tahun 1932 bertempat di kota Gorontalo/di hadiri oleh :
-Hoofdbetuur Muhammadiyah dari Yogjakarta,Kiayi Haaji
Mohammad Suja,Aisyiyh oleh sitti Miinijiad dan Sitti Hainah.
-Hoofdagent polisi Gorontalo,Bakker;
-Pemerintah sipil Gorontalo,Jogugu Rasyid Monoarfa;
-seluruh groep-groep Muhamadiah di cabang Gorontalo
beserta groep-groep yang di undang ;
Keputusan utama
masihh tetap meningkatkan hasil konprensi pertama.
-
konprensi ketiga
muhammadiyah cabang gorontalo tahun 1934 ,di adakan di Muhammadiyah groep
suwawa.
Kegiatan konprensi ini lebiih luas jangkauannya,karena
dihadiri oleh :
- Hoofdbestuur Muhammadiyah dari yagjarta, Kiayai Haji
Mucthar beserta isteri ,Aisiyah di wakili oleh sitti BAdilah ZUbir, pemuda oleh
Asdi Nardjo
- Wakil-wakil pemerintah kota Gorontalo;
Groep-groep Muhammadiyah yang ada dicabang Gorontalo
beserta groep-groep yang diundang;
- cabang dan groep yang ada didaerah residensi Manado.
Disamping hal diatas, konferensi ketiga ini penting
sekali karena menghasilkan beberapa keputusan baru:
a.)
ditetapkan adanya kedudukan
majelis perwakilan pengurus besar Muhammadiyah di Daerah keresidenan Manado
atau daerah Sulawesi Utara, di Gorontalo, yang lebih dikenal dengan Konsulat
Muhammadiyah. Dengan adanya konsulat itu maka sekaligus konferensi menetapkan
pula pengurus konsulat Muhammadiyah untuk Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
b.)
Pelantikan Haji Syahrain
Pasisingi menjadi Kiayi Haji Muchtar, setelah menjawab 30 pertanyaan masalah
agama Islam dihadapan para peserta konferensi;
c.)
Menetapkan akan mendirikan
balai kesehatan Muhammadiyah cabang Gorontalo dan berhasil didirikan tahun
1939, dengan Pembina dokter Sunaryo adanya lowongan kepengurusan Muhammadiyah
cabang Gorontalo diisi dan diatur sebagai berikut :
1.
Muhammadiyah cabang
Gorontalo dipimpin oleh Idunabaga, Husain Akase, Utina H, Buluati beserta
kawan-kawannya;
2.
Muhammadiiyah bahagian
‘Aisyiyah dipimpin oleh: Marie Lamadilawe, Marie Dambea, Penyoe Tahor dengan
kawan-kawannya.
3.
Muhammadiyah bahagian
Pemuda dipimpin oleh Djafar Mokie, Kadudu Dungga, dan Ibrahim Mohammad beserta
kawan-kawannya dengan adanya Gorontalo menjadi tempat kedudukan konsulat, maka
daerah ini telah memiliki dua tugas yaitumengurus dirinya sebagai cabang dan mengurus
cabang-cabang lain di daerah Sulawesi Utara sebagai konsulat, maka
konferensi-konferensi selanjutnya telah ditangani langsung oleh konsulat
sebagai majelis perwakilan pengurus besar Muhammadiyah daerah Sulawesi Utara.
Untuk
mengembangkan kehidupan agama Islam di groep-groep Muhammadiyah pada cabang
Gorontalo maka dimintakan guru-guru Muhammadiyah dari Yogyakarta dan
didatangkanlah :
-
Muhammad Dahlan untuk guru
Muhammadiyah di groep Limito pada tahun 1932;
-
Abdur Rauf guru Muhammadiyah yang pertama dari Jawa
untuk Kota Gorontalo pada tahun 1931;
-
Basir Maksum guru
Muhammadiyah di Tilamuta pada tahun 1932;
-
Sutohardjo guru
Muhammadiyah di Kwandang pada tahun 1931;
-
Raden Himam datang pada
tahun 1933 sebagai guru dan mubaligh yang menjadi tulang punggung Muhammadiyah
cabang Gorontalo;
-
Menyusul sesudah Utohardjo
adalah Harun Dahlan dan Abdullah Siraj untuk cabang Gorontalo;
-
Menyusul sesudah Raden
Himam adalah Abdul Hayat (Ibrahim, 1981:33-34).
Dalam hubungan
dengan pengembangan pendidikan Islam diwilayah cabang Gorontalo, Bestuur cabang
telah memprogramkan pendirian taman-taman pendidikan di groep-groep yang ada
antara lain :
a.)
Diawali dengan usaha
Muhammadiyah cabang Gorontalo mendirikan Hollandsch Inlandsche School atau HIS
Muhammadiyah tahun 1929-1930 yang sekarang menjadi SMA Muhammadiyah Gorontalo.
b.)
Tahun 1935 berdiri dua buah
sekolah madrasa Ibdtidaiyah dan Madrasa DIniah digroep-groep Muhammadiyah
Bulota da’a kecamatan kota utara sekarang;
c.)
Madrasah Ibdtidaiyah dan
DIniyah sejak tahun 1930-an berdiri disemua groep yang ada seperti; Wongkaditi
Padebowlo, Fiendeng kampong Tenda, Bugis (Ibrahim, 1977: 21-23).
Usaha bestuur
cabang, untuk mengembangkan organisasi dari segi geografis berjalan baik,
berkat pemahaman oleh masyarakat Islam tentang maksud dan tujuan kegiatan
Muhammadiyah.
C.
Perkembangan Muhammadiyah
di Amurang
1.
Masuknya
Dibawa masuk oleh ketua bestuur Muhammadiyah cabang
Gorontalo, Tom OliI pada tahun 1932, dan pada tahun-tahun berikutnya
dilanjutkan oleh Raden Himam. Raden Himam guru Muhammadiyah yang didatangkan
dari Jawa pada tahun 1933 ke Gorontalo. Dua tahun kemudian pindah menjadi guru
Muhammadiyah pada groep Muhammadiyah Manado yang menerima Muhammadiyah yang
dibawa oleh Tom OliI adalah Mohammad Dohmi, yang pada saat itu sebagai pedagang
di Amurang.
2.
Penginisiatif dan pengurus
-
Salim Bohdin
-
Mohammad Dohmi
-
Abdul Hamid Barewa
-
Abdul Jalil Nata
-
Usman Pangalima
-
Hasyim Skul
-
Abdul Haji Skul
-
Ali Bohdin.
Kedudukan
Muhammadiyah di Amurang langsung berstatus cabang pada tahun 1932. Setiap
cabang yang berdiri diberi nama cabang penyiar artinya menyebarkan Muhammadiyah
itu didaerah sekitanya. Ketua Muhammadiiyah cabang saat itu adalah Salim
Bohdin. Muhammadiyah cabang Amurang menjadi pusat kegiatan Muhammadiyah di
manado dan Minahasa.
3.
Usaha dan kegiatannya
Pertama-tama
menyebarkan Muhammadiyah di Manado Minahasa sehingga pada awal kegiatannya
telah berdiri beberapa groep, yaitu :
-
Muhammadiyah groep Manado
didirikan tahun 1934, ketuanya Yusuf Harisa;
-
Muhammadiyah groep Belang
didirikan tahun 1934 ketuanya Maksum Wantasem;
-
Muhammadiyah groep Sapa,
ketuanya Halid Jusuf;
-
Muhammadiyah groep Tanamon
ketuanya Laji Mokodompit;
-
Muhammadiyah groep Tababo
didirikan tahun 1935, ketukanya Hanan Arbi;
-
Dalam tahun yang sama
berdiri Muhammadiyah groep Watuliney, ketuanya Baso;
-
Muhammadiiyah groep
Ratatotok, ketuanya Radan Van Gobel;
D.
Muhammadiyah di Manado
1.
Masuknya
Muhammadiyah masuk ke Manado dibawa oleh Bestuur
Muhammadiyah cabang AMurang pada tahun 1934. Sebelum Muhammadiyah ada, di
Manado telah ada Yong Islam Ieten Bound memberikan motivasi semangat perjuangan
Islam kepada masyrakat Islam yang ada disana pada tahun 1935 Tom OliI selaku
Konsul MUhammadiyah Celebes Utara, ke Manado dalam rangka penyebaran Organisasi
Muhammadiyah dilingkungan konsulat Celebes Utara. Pada tahun itu juga Raden
Himam guru Muhammadiyah di Gorontalo pindah ke Manado menjadi guru disana.
2.
Penginisiatif dan Pengurus
Penginisiatif berdirinya Muhammadiyah groep Manado
pada tahun 1934 adalah:
-
Jusuf harisa
-
Salim Dunggio
-
Noho Tayapu
-
Umar Lausu
-
Pua Palamani
-
Abdul Rajak Palamani
-
Lasoma Tawan
-
Abdullah Lahilote
-
Awad Wakid
-
Abdurrahim Wakid
-
Salim Wakid
Penguru yang
terpilih pada pertemuan para penginisiatif itu, selaku pengurus Muhammadiyah
groep Manado adalah :
Ketua Umum : Yusuf Harisah
Ketua I : Abdul Rahim
Wakid
Ketua II :
Salid Wakid
Sekretaris Umum : Abasi Talib
Sekretaris I : Haji Salim Dunggio
Sekretaris II : Raden Van GObel
Bendahara : Abdullah Lahilote
Anggota : Lima orang anggota
penginisiatif di atas.
Pada tahun 1935
status groep ditingkatkan menjadi anak Cabang Manado, dengan tugas melebarkan
sayap organisasi ke daerah sekitar.
3.
Peresmian
Kedudukan
Muhammadiyahh groep Manado diresmikan oleh bestuur Muhammadiyah Cabang Amurang
pada tahun 1934.
Sumber
: Prof. Drs. Hi. Ibrahim Polontalo, Muhammadiyah
di Sulawesi Utara 1928-1990, Karya Dunia Fikir ; 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar