Rabu, 17 Desember 2014

Sejarah Muhammadiyah Sulawesi Utara #2



Sejarah Perkembangan Muhammadiyah di Sulawesi Utara
Untuk melihat sejarah perkembangan Muhammadiyah di Keresidenan Manado atau Sulawesi Utara, dibatasi sampai tgahun 1942 dengan alasan:
a.      Tahun 1942 masuknya Jepang sebagai Bangsa Penjajah yang baru, dengan sikap diktatornya melarang semua perkumpulan dan Organisasi Sosial dan Politik yang berkembang di Indonesia.
b.      Data perkembangan organisasi Muhammadiyah sampai tahun 1942 dapat dibanggakan dan cukup potensial dan sangat berpengaruh didalam kehidupan social, ekonomi dan pendidikan dalam masyarakat umat islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
c.       Perkembangan organisasi Muhammadiyah sampai tahun 1942 adalah dasar perjuangan yang sangat menentukank dan berpengaruh pada perkembangan Muhammadiyah sesudah kemerdekaan dan sampai sekarang.

Perkembangan Muhammadiyah sebagai organisasi social Islam di Sulawesi bagian utara, dapat difokuskan pada beberapa tempat yang telah menerima Muhammadiyah sejak tahun 1928-1929 dan 1930-an yaitu: Sangir Talaud, Manado, Minahasa, Bolaang Mongondow dan Gorontalo.

A.      Perkembangan di Sangir Talaud
1.      Masuknya
Muhammadiyah dikenal di Sangir Talaud sejak tahun 1927 yang banyakk membaca harian dari Jawa itu antara lain, Bambarang Makaminang, Muhammad Musir, dan Abdullah Nikiwulu. Berdasarkan pemahaman mereka tentang organisasi Muhammadiyah melalui bacaan-bacaan itu, mereka minta langsung kepada Hoofdbestuur Muhammadiyah di Yogyakarta agar mendirikan Muhammadiyah di Sangir Talaud. Makin lebih jelas dan berkembkang Muhammadiyah di Sangir Talaud setelahj datangnya Hoofdbestuur Muhammadiyah.
2.      Penginisiatifan berdiri Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah masuk ke Sangir Talaud, di perkampungan orang islam yaitu Petta, tabukan, sekarang kecamatan Tabukan Utara. Penginisiatif berdirinya adalah ;
-          Bambarang Makaminang
-          Jusup Ajulang
-          Made
-          Mohammad Musir
-          Abdullah Nikiwulu
-          Udung

3.      Peresmiannya
Dengan adanya inisiatif itu yang beritanya disampaikan ke Yogyakarta, maka di utuslah wakil Hoofdbestuur yaitu Junus Anis yang meresmikan berdirinya groep Muhammadiyah di Petta pada tahun 1928. Yang menjadi pengurus groepp yang dilantik berasal dari para penginisiatif, antara lain yang menjadi ketua : Bambarang Makaminang dan Bendaharanya : Abdullah Nikiwulu.

4.      Usaha-usahannya
Dalam rangka perkembangan organisasi, betapa pentingnya peranan Mohammad Judi sebagai guru Muhammadiyah yang didatangkan dari Yogyakarta.
Kegiatan yang pertama-tama adalah tabligh dan para mubalighnya adalah Mohammad Judi, Kaidah Lambanaung, dan Al-Idrus. Desa-desa yang dijangkau oleh kegiatan Tabligh Muhammadiyah adalah Petta, Naha, Maronge, Ataurano, dan Talendano Biru di kewedanaan Tabukan.

Lembaga pendidikan formal yang pertama didirikan adalah standard school Muhammadiyah tahun 1934 yang terdiri kelas 1-kelas 5. Guru-gurunya adalah Mohammad Judi, Kaidah Lambanaung, Mohammad Muris dan Ibrahim Stirman. Dengan berdirinya sekolah Islam itu, maka anak-anak Islam yang bersekolah di Zedin Kristen pendah ke sekolah Yang di Bina Oleh Muhammadiyah.

Pada tahun 1934 berdiri pula organisasi otonom yaitu :
1.      Groep ‘Aisyiyah Petta : Ketuanya Ema Makpal dan Sekretaris Bunia Paparang;
2.      Groep Pemuda Muhammadiyah diketuai oleh Ibrahim Stirman;
3.      Hizbulwathan diketuai oleh Kaidah Lambanaung.

Pada tahun 1934 berdirilah Muhammadiyah dicabang Petta Sangir Talaud dengan Groepnya; Tabukan, Siau, Tagulandang (Ibrahim : 1981:27-34).

Konferensi pertama cabang diadakan di Petta pada tahun 1936. Hadir Tom OliI selaku konsul Muhammadiyah keresidenan Manado. Pada tahun 1938 diadakan konferensi kedua di Petta. Konferensi ketiga tahun 1941, yang hadir dari konsulat adalah Tom OliI, Mohammad Dunggio ( Aba SuE ) dan Haji Sarain Pasisingi.

Untuk meningkatkan mutu kehidupan ajaran Islam, maka pimpinan cabang pada tahun 1938 mengirim 9 orang anggota ke Yogyakarta untuk didik menjadi kader-kader Muhammadiyah, yaitu :
-          Kaidah Lambanaung
-          Abdul Aziz Nikiwulu
-          Abdullah Ibrahim
-          Abdul Rasyid Salamuddin
-          Bunia Paparang
-          Adnan Tampilang
-          Sitti Hawa
-          Abdul Gapur Magpal
-          Saleh

Didalam Yubilium Konferensi tahun  1940 di Gorontalo, cabang Muhammadiya Petta mengirim 2 orang utusan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah masing-masing Mohammad Judi dan Ema Magpal.
B.      Perekembangan di Gorontalo
1.      Masuknya
Pada Tahun 1929 seorang putra daerah, Jusup Otoluwa kembali ke Gorontalo, setelah selesai mengikuti pendidikan guru kweek school Gunung sari di Yogyakarta. Beliau telah berada dan tinggal selama beberapa tahun dipusat kelahiran dan perkembangan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Berdasarkan pengalaman itu, Jusup Otoluwa berusaha memperkenalkan Muhammadiyah kepada para aktivis Islam pada saat itu, dan ternyata mendapat sambutan yang baik. Alhamdulillah sebelum datangnya Jusup Otoluwa ke Gorontalo telah ada suatu Organisasi yang bersifat local bernama Tablighul Islam itu adalah menggali dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman Islam sesuai sunnah Rasulullah. Maka terjadilah pertemuan pandangan antara Jusuf Otolluwa dan Haji Mohammad Said. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi Muhammadiyah dapat memasuki daerah Gorontalo.

2.      Penginisiatif berdirinya Muhammadiyah
Dengan adanya kerjasama saling memahami diantara para aktivis Islam, maka pada pertengahan tahun 1929 terbentuklah komite pendiri Muhammadiyah di Gorontalo yang terdiri dari 11 orang:
-          Jusuf Otoluwa
-          Ahmad Buji
-          Husein Akase
-          Umar Basalama
-          Mohammad Dunggio
-          Muhsin Mohammad
-          Haji Mohammad Said
-          Tom OliI
-          Utina H. Buliati
-          Abdullah Van Grey
-          Bouwe Nasaru
(Muhammadiyah Sulawesi Utara, 1962 : 1).

Melalui rapat bersama antara komite pendiri dengan pengurus tablighul Islam disertai dengan para simpatisan yang turut diundang, terbentuklah pengurus cabang Muhammadiyah Gorontalo yang kemudian dikenal dengan sebutan Bestuur Cabang Muhammadiyah Gorontalo.

3.      Peresmian
Kedudukan cabang Muhammadiyah di Gorontalo beserta Bestuur Cabangnya, diresmikan dan dilantik pada tanggal 08 September 1929 Miladiyah atau tanggal 06 Rabiul Awal 1348 Hijriah, oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah dari Yogyakarta. Peresmian diadakan digedung Fortuna Bioskop, sekarang Bioskop Murni Gorontalo. Peresmiannya dihadiri oleh:
-          Hoofdbestuur Muhammadiyah dari Yogyakarta, Mohammad Yunus Anis, selaku sekretaris Hoofdbestuur, mewakili meresmikan dan melantik kedudukan cabang beserta bestuur cabang diGorontalo. Adapun yang dilantik sebagai besrtuur cabang adalah:
Ketua                     : Tom OliI
Wakil Ketua           : Yusuf Otoluwa
Sekretaris              : Mohammad Dunggio
Bendahara                        : Muhsin Mohammad
Komisaris              : 1. Haji Yusuf Abas
                                2. Umar Basalama
                                3. Husain Akase
                                4. Mursyid Mohi
                                5. Y. Kamaru
                                6. Marl Baladra

-          Dari kepala Polisi Gorontalo, Van Dam ;
-          Wakil pemerintah sipil Gorontalo, Abudi Ilahude;
-          Dan para Undangan Lainnya.
Pada tanggal 9 desember 1929 miladiyah atau tanggal 19 Rajab 1348 Hijriah,adalah penggalan bisluit Hoofdbestuur Muhammadiyah Yogjakarta,No. 248 tahun 1929 yang menetapkan secara resmi berdirinya Muhammadiyah cabang  Gorontalo.Untuk memperluas medan geraknya,Muhammadiyah cabang pada tahun 1930 mendirikan bahagian aisiyah cabang goronntalo dengan pengurusnya sebagai berikut :

Ketua          : Marie Lamadilaw
Wakil ketua: Marie Dambea
Sekertaris   :Marie Suleman
Bendahara : Zubaedah Dungga
Comisaris   : 1. Zenab Sabu
1.      Hadijah Husa
2.      Saripah Baga
3.      Hawa OliI
4.      Ida Dunda


Tahun  1931 terrbentuklah pengurs Hisbutwalhan Cabang Gorontalo yang di ketahui oleh Ibrahim Mohammad.

4.Usaha dan Kegiatanya.
Setelah di resmikan berdirinya Muhammadiyah cabang Goerontalo,maka usaha dan kegiatan parra Besrur cabang adalah mamperkenalkan kepada masyarakat enteng maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam .Hal ini dimaksudkan untuk perluasan dan pengembangan organisasi  Muhammadiyah di tengah-tengah masarakat Islam Gorontalo.

    Selanjutnya organisasi Muhammadiah berusaha menumbuhkan dan membri pemahaman yang benar tentang islam,agar masyarakat Islam Gorontalo memiliki kemampuan dan kiklasan berjuang dan beramal saleh.
   Dalam memperkenalkan  Muhammadiah khususnya dalam masyarakat  Islam Gorontalo,dipenuhi cara propaganda dan melalui tulisan dan itulah yang palink mudah,ringan  dan besar hasilnya.Adapun propaganda yang di maksud adalah kegiatan melallui Tabligh kepada kelompok-kelompok jamaah Islam.Sedang melalui tulisan Bestuur cabang mendirikan usaha surat kabr migguan  yang di beri nama Al-Iman  dengan Hoofdredac tur  Tom  OliI (Ibrahim,1981 : 17).
Agar mantap gerakan Muhammadiyah cabang itu,di tengah-tengah masyarakat ,maka keiatanya selalu terprogram serrta perencanaan yang matang,maka jalan satu-satunya itu sesuai  Angaran dasar Muhammadiyah adalah Konprensi.

Maka kegiatan konprensi menjadi jantungnya pengembangan napas organisasi baik oleh cabang  gorontalo .kegiatan-kegiatan konprensi itu dapat di temukan secara berurut sebagai berikut :
-Konprensi pertama Muhammadiyah c abang Gorontalo tahun 1932 bertempat di kota Gorontalo/di hadiri oleh :
-Hoofdbetuur Muhammadiyah dari Yogjakarta,Kiayi Haaji Mohammad Suja,Aisyiyh oleh sitti Miinijiad dan Sitti  Hainah.
-Hoofdagent polisi Gorontalo,Bakker;
-Pemerintah sipil Gorontalo,Jogugu Rasyid Monoarfa;
-seluruh groep-groep Muhamadiah di cabang Gorontalo beserta groep-groep yang di undang ;

Keputusan utama  masihh tetap meningkatkan hasil konprensi  pertama.
-          konprensi ketiga muhammadiyah cabang gorontalo tahun 1934 ,di adakan di Muhammadiyah groep suwawa.

Kegiatan konprensi ini lebiih luas jangkauannya,karena dihadiri oleh :
- Hoofdbestuur Muhammadiyah dari yagjarta, Kiayai Haji Mucthar beserta isteri ,Aisiyah di wakili oleh sitti BAdilah ZUbir, pemuda oleh Asdi Nardjo
- Wakil-wakil pemerintah kota Gorontalo;
Groep-groep Muhammadiyah yang ada dicabang Gorontalo beserta groep-groep yang diundang;
- cabang dan groep yang ada didaerah residensi Manado.

Disamping hal diatas, konferensi ketiga ini penting sekali karena menghasilkan beberapa keputusan baru:
a.)    ditetapkan adanya kedudukan majelis perwakilan pengurus besar Muhammadiyah di Daerah keresidenan Manado atau daerah Sulawesi Utara, di Gorontalo, yang lebih dikenal dengan Konsulat Muhammadiyah. Dengan adanya konsulat itu maka sekaligus konferensi menetapkan pula pengurus konsulat Muhammadiyah untuk Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
b.)    Pelantikan Haji Syahrain Pasisingi menjadi Kiayi Haji Muchtar, setelah menjawab 30 pertanyaan masalah agama Islam dihadapan para peserta konferensi;
c.)     Menetapkan akan mendirikan balai kesehatan Muhammadiyah cabang Gorontalo dan berhasil didirikan tahun 1939, dengan Pembina dokter Sunaryo adanya lowongan kepengurusan Muhammadiyah cabang Gorontalo diisi dan diatur sebagai berikut :
1.       Muhammadiyah cabang Gorontalo dipimpin oleh Idunabaga, Husain Akase, Utina H, Buluati beserta kawan-kawannya;
2.       Muhammadiiyah bahagian ‘Aisyiyah dipimpin oleh: Marie Lamadilawe, Marie Dambea, Penyoe Tahor dengan kawan-kawannya.
3.       Muhammadiyah bahagian Pemuda dipimpin oleh Djafar Mokie, Kadudu Dungga, dan Ibrahim Mohammad beserta kawan-kawannya dengan adanya Gorontalo menjadi tempat kedudukan konsulat, maka daerah ini telah memiliki dua tugas yaitumengurus dirinya sebagai cabang dan mengurus cabang-cabang lain di daerah Sulawesi Utara sebagai konsulat, maka konferensi-konferensi selanjutnya telah ditangani langsung oleh konsulat sebagai majelis perwakilan pengurus besar Muhammadiyah daerah Sulawesi Utara.

Untuk mengembangkan kehidupan agama Islam di groep-groep Muhammadiyah pada cabang Gorontalo maka dimintakan guru-guru Muhammadiyah dari Yogyakarta dan didatangkanlah :
-          Muhammad Dahlan untuk guru Muhammadiyah di groep Limito pada tahun 1932;
-          Abdur Rauf  guru Muhammadiyah yang pertama dari Jawa untuk Kota Gorontalo pada tahun 1931;
-          Basir Maksum guru Muhammadiyah di Tilamuta pada tahun 1932;
-          Sutohardjo guru Muhammadiyah di Kwandang pada tahun 1931;
-          Raden Himam datang pada tahun 1933 sebagai guru dan mubaligh yang menjadi tulang punggung Muhammadiyah cabang Gorontalo;
-          Menyusul sesudah Utohardjo adalah Harun Dahlan dan Abdullah Siraj untuk cabang Gorontalo;
-          Menyusul sesudah Raden Himam adalah Abdul Hayat (Ibrahim, 1981:33-34).

Dalam hubungan dengan pengembangan pendidikan Islam diwilayah cabang Gorontalo, Bestuur cabang telah memprogramkan pendirian taman-taman pendidikan di groep-groep yang ada antara lain :
a.)    Diawali dengan usaha Muhammadiyah cabang Gorontalo mendirikan Hollandsch Inlandsche School atau HIS Muhammadiyah tahun 1929-1930 yang sekarang menjadi SMA Muhammadiyah Gorontalo.
b.)    Tahun 1935 berdiri dua buah sekolah madrasa Ibdtidaiyah dan Madrasa DIniah digroep-groep Muhammadiyah Bulota da’a kecamatan kota utara sekarang;
c.)     Madrasah Ibdtidaiyah dan DIniyah sejak tahun 1930-an berdiri disemua groep yang ada seperti; Wongkaditi Padebowlo, Fiendeng kampong Tenda, Bugis (Ibrahim, 1977: 21-23).

Usaha bestuur cabang, untuk mengembangkan organisasi dari segi geografis berjalan baik, berkat pemahaman oleh masyarakat Islam tentang maksud dan tujuan kegiatan Muhammadiyah.

C.      Perkembangan Muhammadiyah di Amurang
1.       Masuknya
Dibawa masuk oleh ketua bestuur Muhammadiyah cabang Gorontalo, Tom OliI pada tahun 1932, dan pada tahun-tahun berikutnya dilanjutkan oleh Raden Himam. Raden Himam guru Muhammadiyah yang didatangkan dari Jawa pada tahun 1933 ke Gorontalo. Dua tahun kemudian pindah menjadi guru Muhammadiyah pada groep Muhammadiyah Manado yang menerima Muhammadiyah yang dibawa oleh Tom OliI adalah Mohammad Dohmi, yang pada saat itu sebagai pedagang di Amurang.

2.       Penginisiatif dan pengurus
-          Salim Bohdin
-           Mohammad Dohmi
-           Abdul Hamid Barewa
-           Abdul Jalil Nata
-           Usman Pangalima
-           Hasyim Skul
-           Abdul Haji Skul
-            Ali Bohdin.

Kedudukan Muhammadiyah di Amurang langsung berstatus cabang pada tahun 1932. Setiap cabang yang berdiri diberi nama cabang penyiar artinya menyebarkan Muhammadiyah itu didaerah sekitanya. Ketua Muhammadiiyah cabang saat itu adalah Salim Bohdin. Muhammadiyah cabang Amurang menjadi pusat kegiatan Muhammadiyah di manado dan Minahasa.

3.       Usaha dan kegiatannya
Pertama-tama menyebarkan Muhammadiyah di Manado Minahasa sehingga pada awal kegiatannya telah berdiri beberapa groep, yaitu :
-          Muhammadiyah groep Manado didirikan tahun 1934, ketuanya Yusuf Harisa;
-          Muhammadiyah groep Belang didirikan tahun 1934 ketuanya Maksum Wantasem;
-          Muhammadiyah groep Sapa, ketuanya Halid Jusuf;
-          Muhammadiyah groep Tanamon ketuanya Laji Mokodompit;
-          Muhammadiyah groep Tababo didirikan tahun 1935, ketukanya Hanan Arbi;
-          Dalam tahun yang sama berdiri Muhammadiyah groep Watuliney, ketuanya Baso;
-          Muhammadiiyah groep Ratatotok, ketuanya Radan Van Gobel;

D.      Muhammadiyah di Manado
1.       Masuknya
Muhammadiyah masuk ke Manado dibawa oleh Bestuur Muhammadiyah cabang AMurang pada tahun 1934. Sebelum Muhammadiyah ada, di Manado telah ada Yong Islam Ieten Bound memberikan motivasi semangat perjuangan Islam kepada masyrakat Islam yang ada disana pada tahun 1935 Tom OliI selaku Konsul MUhammadiyah Celebes Utara, ke Manado dalam rangka penyebaran Organisasi Muhammadiyah dilingkungan konsulat Celebes Utara. Pada tahun itu juga Raden Himam guru Muhammadiyah di Gorontalo pindah ke Manado menjadi guru disana.
2.       Penginisiatif dan Pengurus
Penginisiatif berdirinya Muhammadiyah groep Manado pada tahun 1934 adalah:
-          Jusuf harisa
-          Salim Dunggio
-          Noho Tayapu
-          Umar Lausu
-          Pua Palamani
-          Abdul Rajak Palamani
-          Lasoma Tawan
-          Abdullah Lahilote
-          Awad Wakid
-          Abdurrahim Wakid
-          Salim Wakid
Penguru yang terpilih pada pertemuan para penginisiatif itu, selaku pengurus Muhammadiyah groep Manado adalah :
Ketua Umum                     : Yusuf Harisah
Ketua I                                  : Abdul Rahim Wakid
Ketua II                                                : Salid Wakid
Sekretaris Umum             : Abasi Talib
Sekretaris I                         : Haji Salim Dunggio
Sekretaris II                        : Raden Van GObel
Bendahara                          : Abdullah Lahilote
Anggota                               : Lima orang anggota penginisiatif di atas.

Pada tahun 1935 status groep ditingkatkan menjadi anak Cabang Manado, dengan tugas melebarkan sayap organisasi ke daerah sekitar.

3.       Peresmian
Kedudukan Muhammadiyahh groep Manado diresmikan oleh bestuur Muhammadiyah Cabang Amurang pada tahun 1934.



Sumber : Prof. Drs. Hi. Ibrahim Polontalo, Muhammadiyah di Sulawesi Utara 1928-1990, Karya Dunia Fikir ; 1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar