Kamis, 12 Juli 2012

"Sebuah Renungan Diriku"

Sore itu tanpa sengaja ku baca statusnya (dia yg ku "kagumi") di Facebook.
Tersenyum namun sungguh terluka hatiku. Aku senyum karena merasa mendapat jawaban atas pertanyaan hatiku, tapi aku terluka karena ternyata semua hanya mimpi yg tak akan pernah ku gapai.

Aku terdiam, aku tak sanggup berucap hingga datang suara yg menyambar diamku "hai, kenapa kamu menangis duhai hati yg lemah? Bukankah dia bukan siapa-siapamu?"
tertutur tanpa dapat ku mengelak "aku tau dia bukan milikku, tapi hatiku mengharapkannya menjadi imam shalat dan imam hidupku. Maka salahkah ku tangisi kenyataan tentangnya?"
Suara itupun kembali menyambarku dengan intonasi yg lebih ketus "Kamu kok gak sadar-sadar sich? DIA BUKAN SIAPA-SIAPAMU!!! Tentang imam shalat dan hidupmu kelak, hanya Rabb yg tau, jangan menghina dirimu dengan mimpi yg kau umbar!!!
Kembali ku menjawab,... "Tapiii,... Bukankah berharap itu boleh?"
Suara makin ketus kembali membentak hati yg terluka.
"Berharap tanpa usaha memperbaiki diri dan malah menghina diri? Itu maksudmu? Kamu bermimpi seperti ini, tapi kamu tidak tau apa dirimu juga seperti ini? Apakah kamu tau bahwa dialah cerminmu? Ingat rusuk dan pemiliknya tidak mungkin tertukar, jika kamu rusuknya yg hilang, maka pasti kalian akan bersama tanpa menghina diri dan merobek hijabmu."
Akupun terdiam karena kali ini suara itu membuatku malu dengan apa yg telah aku lakukan, aku merobek hijabku, aku menyayat kehormatan hatiku dengan sikapku, aku merobohkan hijab diriku dengan lisanku yg tak terjaga, perlahan ku jawab si suara sore itu "lalu kini apa yg harus ku lakukan? Semua sudah terlanjur menceruat ke permukaan, semua telah terumbar."
kini suara itu kembali menyambar, namun kali ini dengan penuh kelembutan.
"Tenanglah duhai hati yg lemah, ingatlah Allah Maha Mengampuni, bangun kembali hijabmu dan singkirkan segala 'pisau' yg selalu merobek hijab dan membeberkan rahasia hatimu, jaga hati dan dirimu. Berhentilah bergumul dengan urusan yg terkontaminasi oleh 'VMJ', virus yg mematikan dan merobohkan hijab. Bangkitlah dan kembalilah!!!"


Akupun benar-benar terdiam dan tak sanggup berucap, aku malu, aku takut pada Rabb yg telah ku lalaikan amanah dari-Nya. Kini aku hanya bisa diam dan kembali membangun hijab yg roboh dan menjaga segala yg menjadi amanah dari Sang Pemilik Hidupku.


Maka...
Hari ini adalah hari yg baru, aku yg dulu tlah hilang bersama luka yg tak pantas ku tangisi. Aku kini adalah hati yg baru dengan hijab yg kembali ku bangun dan ku tanamkan dalam hidupku
"Apalah arti lembaran kain jilbab yg tergurai menutupi amanah ragaku, bila hijabku tak terjaga. Maka yg terpenting buatku kini adalah menjaga hijab dan menjaga kain jilbab yg tergurai dengan begitu setia menjaga hijab diriku."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar