Kamis, 12 Juli 2012

Ukhti, Jilbabmu Anggun tapi Kemana Hijabmu???

"Sebuah perenungan untuk diriku yang kian terhina oleh fitnah yang datang karena hati, pikiran dan perilaku pribadiku,...."


Angin yang berhembus menerpa kain panjang penutup permata indah,….
Angin yang berhembus seolah menyapa si akhwat nan anggun,… cantik wajah yang terlihat dengan balutan panjang kain penutup permata indah itu,… lama ku terpana melihat Akhwat cantik yang nampak anggun itu,… tapi seketika air mataku jatuh dengan beribu Tanya dihatiku,….
 “Ukhti, Jilbabmu anggun, tapi kemana hijabmu???”
Kain panjang disebut jilbab itu tampak tergurai indah menutupi auratmu yang ku bahasakan sebagai permata indah,… tapi ukhti, kau buatku menangis,… kenapa jilbabmu hanya untuk menutupi??? Kenapa tidak menjagamu??? Kenapa kau biarkan tangan mereka yang bukan Mahrammu menyentuh tangan lembutmu, menyentuh dirimu??? Ukhti,… kau cantik tapi kenapa kau nodai hijabmu??? Ukhti, kau anggun tapi kenapa kau robohkan benteng hijabmu??? Ukhti, tidakkah kau takut dengan-Nya??? Tidakkah kau ingat DIA sedang melihatmu??? Ukhti, kau cantik tapi kenapa kau tidak menjaga amanah kecantikan itu??? Ukhti, kau mahal tapi kenapa kau biarkan dirimu menjadi objek yang mudah dinikmati???
Ukhti,… jilbabmu indah tergurai, tapi kenapa hijabmu roboh???
Ukhti,… jilbab harusnya bukan hanya melindungimu dari mata para ikhwan, tapi jilbabmu harusnya melindungimu dari tangan mereka,…
Air mata yang jatuh dari mataku tak akan pernah menjagamu,… tidak akan pernah membuatmu terjaga, namun yang kan menjagamu adalah bagaimana kau menjaga hijabmu,… menjaga dirimu yang bagaikan permata itu,…
ukhti,…
peliharalah permata indahmu dengan wudhu,…
bentengilah permata indahmu dengan hijab,…
tuntunlah permata indahmu dengan zikrullah,…
balutilah permata indahmu dengan mahabbatullah,…
perindahlah permata indahmu dengan syukur,…

“Akhwat, mari sama-sama kita merenung, sudahkan kita menjaga permata indah kita??? Sudahkan hijab kita terjaga??? Dan sudahkah kita berusaha menjaga dan mengokohkan hijab kita???”



"Sebuah Renungan Diriku"

Sore itu tanpa sengaja ku baca statusnya (dia yg ku "kagumi") di Facebook.
Tersenyum namun sungguh terluka hatiku. Aku senyum karena merasa mendapat jawaban atas pertanyaan hatiku, tapi aku terluka karena ternyata semua hanya mimpi yg tak akan pernah ku gapai.

Aku terdiam, aku tak sanggup berucap hingga datang suara yg menyambar diamku "hai, kenapa kamu menangis duhai hati yg lemah? Bukankah dia bukan siapa-siapamu?"
tertutur tanpa dapat ku mengelak "aku tau dia bukan milikku, tapi hatiku mengharapkannya menjadi imam shalat dan imam hidupku. Maka salahkah ku tangisi kenyataan tentangnya?"
Suara itupun kembali menyambarku dengan intonasi yg lebih ketus "Kamu kok gak sadar-sadar sich? DIA BUKAN SIAPA-SIAPAMU!!! Tentang imam shalat dan hidupmu kelak, hanya Rabb yg tau, jangan menghina dirimu dengan mimpi yg kau umbar!!!
Kembali ku menjawab,... "Tapiii,... Bukankah berharap itu boleh?"
Suara makin ketus kembali membentak hati yg terluka.
"Berharap tanpa usaha memperbaiki diri dan malah menghina diri? Itu maksudmu? Kamu bermimpi seperti ini, tapi kamu tidak tau apa dirimu juga seperti ini? Apakah kamu tau bahwa dialah cerminmu? Ingat rusuk dan pemiliknya tidak mungkin tertukar, jika kamu rusuknya yg hilang, maka pasti kalian akan bersama tanpa menghina diri dan merobek hijabmu."
Akupun terdiam karena kali ini suara itu membuatku malu dengan apa yg telah aku lakukan, aku merobek hijabku, aku menyayat kehormatan hatiku dengan sikapku, aku merobohkan hijab diriku dengan lisanku yg tak terjaga, perlahan ku jawab si suara sore itu "lalu kini apa yg harus ku lakukan? Semua sudah terlanjur menceruat ke permukaan, semua telah terumbar."
kini suara itu kembali menyambar, namun kali ini dengan penuh kelembutan.
"Tenanglah duhai hati yg lemah, ingatlah Allah Maha Mengampuni, bangun kembali hijabmu dan singkirkan segala 'pisau' yg selalu merobek hijab dan membeberkan rahasia hatimu, jaga hati dan dirimu. Berhentilah bergumul dengan urusan yg terkontaminasi oleh 'VMJ', virus yg mematikan dan merobohkan hijab. Bangkitlah dan kembalilah!!!"


Akupun benar-benar terdiam dan tak sanggup berucap, aku malu, aku takut pada Rabb yg telah ku lalaikan amanah dari-Nya. Kini aku hanya bisa diam dan kembali membangun hijab yg roboh dan menjaga segala yg menjadi amanah dari Sang Pemilik Hidupku.


Maka...
Hari ini adalah hari yg baru, aku yg dulu tlah hilang bersama luka yg tak pantas ku tangisi. Aku kini adalah hati yg baru dengan hijab yg kembali ku bangun dan ku tanamkan dalam hidupku
"Apalah arti lembaran kain jilbab yg tergurai menutupi amanah ragaku, bila hijabku tak terjaga. Maka yg terpenting buatku kini adalah menjaga hijab dan menjaga kain jilbab yg tergurai dengan begitu setia menjaga hijab diriku."

Untuk Ayah, Bunda

Tak lelah ku ukir senyum
Tak letih ku lawan kerapuhan
Tak jemu ku hempas rindu
Tak jenuh ku untai penantian
                Aku disini terhempas rindu
                Tertawan dalam kasih yang rapuh
                Terdiam dalam penantian tak berujung
                Terpanah kisah dalam impian
Langkahku tak henti meniti jejak
Tanganku tak urung menggapai asa
Darah terus mengalirkan pengharapan
Raga meridukan tempat berteduhnya kasih
                Ayah, Bunda…
                Dalam tubuhku darahmu mengalir
                Dalam kelemahanku, perjuanganmu memanah
                Sapalah penantianku atas kasih yang ku nanti
Ayah, Bunda…
Cinta bergejolak dalam darah
Rindu ingin menyapa dinding kokoh
tataplah, duhai Ayah dan Bunda…

               

Langitpun Tersenyum

Kala matahari menyapa
Hati tertegun karena hangatnya
Kala mentari pamit
Hati tertegun karena teduhnya

                Hatiku tersenyum
                Akupun bahagia
                Hariku indah
                Langitpun tersenyum



Pagi, ku dengar sayup merdu alam
Pagi, ku lihat titik-titik embun
Malam, ku dengar riangnya alam
Malam, ku lihat kilaunya bintang

                Pagi…
                Ku sambut dengan hati yang riang
                Malam…
                Ku tutup dengan hari yang tenang
Senyumku untuk semangatku
Syukurku, untuk hangatkan hariku
Hatiku teduh…
Langitpun tersenyum…